Oleh: Nengsih Sri Wahyuni
Setiap perempuan yang mengalami kehamilan, hal yang menjadi fokus atau perhatian utama yakni terkait keadaan fisik calon ibu tersebut. Sangking fokusnya pada kesehatan fisik, banyak orang yang mengabaikan kesehatan mental. Padahal seorang wanita yang sedang hamil akan merubah fisiologi tubuh yang secara langsung juga akan berimplikasi pada psikologi ibu dan anaknya.
Berbagai studi di seluruh dunia juga sudah memaparkan bahwa beragam dampak negative yang dirasakan bayi bersumber dari kondisi psikologi ibunya yang tidak prima. Bahkan dalam kondisi tertentu, banyak ibu hamil yang terdorong untuk menyakiti diri sendiri, misalnya bunuh diri.
Tahukah Anda bahwa dalam kondisi hamil, data The Royal Womens Hospital merilis bahwa sekitar 15 persen seorang perempuan akan mengalami depresi hebat saat mengalami kehamilan. Depresi ini bisa diturunkan dalam beberapa bentuk, di antaranya yakni: mudah merasa tersudutkan, mudah marah, tidak memiliki gairah untuk melakukan sesuatu, hingga dorongan ingin terus menerus menangis tanpa alas an atau sebab yang jelas, mengalami kesulitan dalam mengatur fokus, dan memilki kecenderungan ingin bunuh diri.
Sayangnya, tidak semua perempuan yang hamil juga awear terhadap kondisi kejiwaannya sendiri. Masih banyak ibu hamil tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami depresi. Bahkan, meskipun mereka menyadari ada sesuatu yang menganggu kejiwaanya, mereka lebih memilih diam dari pada harus verita ke psikolog atau orang sekitar. Hal ini disebabkan karena mereka tidak ingin dipandang sebagai orang yang lemah.
Natasha Biljani, psikiater dari Priory Hospital Roehampton di Inggris menambahkan depresi seorang wanita hamil akan meningkat tajam apabila kehamilan tersebut tidak direncanakan terlbih dahulu. Selain itu, menyampaikan informasi yang tidak mendasar, misalnya mitos-mitos tertentu terkait ibu hamil juga bisa menjadi tekanan tersendiri yang secara perlahan bisa mengancam kesehatan mental ibu dan anak.
Sejumlah studi juga menunjukkan dampak jangka panjang dari keadaan depresi pada ibu hamil. Anak yang dilahirkan kelak berkemungkinan mengalami problem sosial dan emosional seperti perilaku menyimpang, agresivitas atau masalah perilaku lain.
Bagi mereka yang tidak meminum obat-obatan anti depresi maka tidak jarang dari mereka memilih rokok atau alcohol sebagai teman pelarian saat depresi melanda. Rokok dan alkohol ini bisa merusak fisik janin sejak dari dalam kandungan. Berdasarkan berbagai studi yang sudah dipublikasikan, banyak yang mengamati bahwa anak yang dilahirkan dari para ibu yang memiliki tekanan batin selama hamil memiliki kemungkinan besar mengalami problem sosial dan emosinal yang tidak terkendali.
Jadi yang perlu digaris bawahi dari kehamilan seorang wanita yakni bukan hanya memaknai dari perubahan biologis, tapi juga harus diperhatikan sebagai peristiwa psikologis. Oleh karena itu, setiap wanita hamil juga membutuhkan perawatan dan perhatian serius secara psikologis, mulai dari perhatian dan dukungan dari suami, orang sekitar, lingkungan yang sehat dan kondusif, serta nila-nilai budaya yang mendukung.