Oleh: Yusnita La Goa (Dosen di Universitas Pendidikan Muhammadiyah, Sorong, Papua)
Limbah kotoran sapi yang dijadikan bahan baku gas metan (CH4) yang dimanfaatkan masyarakat untuk memasak di kampung Klasmelek, distrik Mayamuk, kabupaten Sorong. Limbah kotoran sapi yang selama ini dibiarkan saja dan tidak diolah. Di Kabupaten Sorong populasi ternak sapi 18.959 ekor yang tersebar di beberapa distrik.
Di Distrik Mayamuk sendiri populasi ternak sapi tahun 2018 adalah 4.432 ekor (BPS, 2018). Hal ini menjadi alasan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas sangat mungkin dilakukan. Alasan lainnya adalah peraturan daerah (PERDA) Kabupaten Sorong nomor 6 tahun 2017 tentang Pemeliharaan dan Penertiban Ternak Dalam Wilayah Kabupaten Sorong.
Pengelolaan limbah kotoran sapi menjadi biogas merupakan Program Holistik Pembinaan Dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) tahun 2021 oleh Tim Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong. Sebelumnya pembuatan biogas telah dilakukan oleh Pak Wahyudi, Sp. (seorang yang dikenal sebagai pioneer biogas di Kabupaten Sorong) di Katapop.
Pembuatan biogas ini berhasil namun belum banyak dilirik oleh masyarakat. Masyarakat tidak tertarik karena merasa direpotkan dengan harus mengarit untuk ternak sapinya sementara lahan untuk makanan sapi masih luas. Selain itu harus mencampur kotoran ternak sebelum dimasukkan ke dalam bioreaktor.
Namun salah satu masyarakat di kampung Klasmelek yang bersedia tempatnya dijadikan sebagai percontohan instalasi biogas dalam program PHP2D oleh BEM FST UNIMUDADA Sorong sudah merasakan manfaat dari biogas. Melalui biogas, diakuinya membantu mengurangi kebutuhan minyak tanah.
“Dengan biogas dari 2 ternak sapi kami, saya bisa masak kurang lebih 1,5 jam setiap hari. Sehingga mengurangi kebutuhan minyak tanah,” kata ibu Tri Sulastiori. Selain itu Pak Sumadi merasa terbantu karena produk samping biogas ini dapat dijadikan pupuk organik.
Setelah program PHP2D dilaksanakan oleh BEM FST UNIMUDA Sorong, dan melihat dampak positif dari biogas maka akan dibangun instalasi oleh Desa Mariyai sebanyak 6 unit.
Di Kampung Klasmelek diharapkan dapat menjadi desa mandiri energi, tentunya dengan bantuan Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong dan diperlukan tenaga ahli untuk membantu masyarakat konsultasi tentang proses pembuatan biogas dan perawatan ketika ada masalah dengan sistem instalasi.