Edisi.id – Industri kesehatan dalam negeri dinilai memerlukan adanya kolaborasi antar pemangku kepentingan agar bisa mandiri memenuhi kebutuhan di sektor kesehatan Indonesia.
“Kerja sama atau kolaborasi bisa dilakukan di bidang inovasi dan riset dalam menghasilkan produk industri kesehatan seperti obat-obatan,” kata Pesiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius, dalam acara Investor Daily Summit yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan riset di sektor kesehatan dalam penemuan terapi obat-obatan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga membutuhkan kolaborasi untuk percepatan.
“Pertama memang inovasi riset untuk menemukan molekul baru dan teknologi baru. Kalau tidak bisa dilakukan sendiri, kita juga bisa membangun kolaborasi antara akademisi, bisnis, government dan community,” kata Vidjongtius.
Menurutnya kemandirian di industri kesehatan dalam negeri masih membutuhkan investasi yang cukup besar dari hulu ke hilir. Dia mencontohkan kolaborasi yang dilakukan oleh Kalbe Farma dalam uji klinis imunomodulator untuk pasien COVID-19.
Proses uji klinis ini dapat dilakukan lebih cepat melalui kolaborasi dibandingkan melakukan riset sendiri. Kolaborasi lainnya yang dilakukan oleh Kalbe Farma adalah dalam pelaksanaan uji klinis vaksin COVID-19 GX-19N.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi menuturkan kebutuhan untuk industri kesehatan seperti farmasi dan alat kesehatan di dalam negeri harus lebih dikembangkan secara mandiri.
Hal tersebut dimaksudkan supaya Indonesia tidak mengalami ketergantungan bahan baku obat yang harus impor atau alat kesehatan dari luar negeri di saat krisis kesehatan seperti saat ini. Oscar juga mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi ktergantungan impor bahan baku obat.
“Situasi krisis Covid-19 menjadi pelajaran sangat berharga bahwa Indonesia bisa berbuat lebih dari biasanya. Kemampuan industri jasa kesehatan farmasi, alat kesehatan dalam negeri, produk farmasi merupakan salah satu kebutuhan esensial dan dapat menjamin ketahanan nasional,” kata Oscar.
Menurut, industri farmasi dan alat kesehatan di Indonesia memiliki kapasitas untuk mendorong produksi dalam memenuhi kebutuhan sektor kesehatan di Indonesia.
Dari total 19 jenis alat kesehatan yang termasuk dalam 10 besar transaksi berdasarkan nilai dan jumlah produknya, hampir 90 persennya sudah mampu diproduksi di dalam negeri.