Edisi.id – Saat ini bulutangkis Indonesia sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal tersebut dikarenakan munculnya “duet monster” baru yang bermain di sektor ganda putri yang kerap dikenal dengan sebutan “Prifad”. Prifad merupakan singkatan dari nama pasangan ganda tersebut, yaitu Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti. Meski baru saja berpasangan di tahun 2022, akan tetapi prestasi yang mampu mereka capai dapat memberikan sebuah angin segar bagi dunia bulutangkis Indonesia.
Tak heran, hal tersebut terjadi semenjak pensiunnya Greysia Polii di sektor ganda putri, yakni selepas ia mampu meraih gold medal pada gelaran Tokyo Olympics 2020 yang berlokasi di Jepang. Sektor ganda putri-pun memang mengalami kekeringan akan prestasi yang mampu diraih dalam ajang bergengsi tingkat internasional. Sehingga main coach untuk ganda putri bulutangkis Indonesia-Eng Hian- memutuskan untuk menyatukan Apriyani Rahayu dengan partner Ribka Sugiarto, yakni dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti.
Keputusan pelatih tersebut, seakan mampu mengantar kejayaan bulutangkis Indonesia pada ajang internasional yang sempat kering akan capaian prestasi. Dengan adanya kombinasi Apriyani Rahayu yang mempunyai stamina dan daya tahan tubuh yang masih sangat kuat serta smash keras dan tajam yang kerap kali menyulitkan lawan. Serta Siti Fadia Silva Ramadhanti yang memiliki kepiawaian dalam netting dan akurasi penempatan bola yang tinggi.
Adapun pada sektor tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting baru saja meraih gelar pertamanya di tahun 2022, yakni menjadi Juara Singapura Terbuka 2022. Dengan hasil ini menunjukkan kiprah tunggal putra Indonesia yang masih menunjukkan taring di tingkat Internasional. Selain itu, pada sektor ganda putra juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Munculnya pemain-pemain muda menjadikan regenerasi di sektor ini berjalan dengan baik.
Namun, para penggemar bulutangkis Indonesia menaruh perhatian kepada sektor lainnya yang masih belum menampakkan kiprahnya di perhelatan tingkat Internasional. Tunggal Putri, Ganda Campuran memang merupakan sektor yang menjadi kelemahan bagi bulutangkis Indonesia. Kemunduran prestasi tampak pada kedua sektor ini yang ditandai dengan minimnya capaian prestasi yang mampu diperoleh.
Beberapa faktor mampu menyebabkan kurangnya kesiapan atlet mencapai target juara dalam perhelatan yang diadakan oleh BWF. Faktor pertama adalah faktor dari pelatih dan PBSI. Pelatih dan PBSI seharusnya memberikan sarana dan prasarana yang lebih baik untuk mempersiapkan setiap perlombaan. Faktor kedua adalah pada diri atlet tersebut. Seorang atlet diharuskan memiliki kesiapan mental yang baik, yang mampu meyakinkan dirinya dan atau pasangannya untuk bermain konsisten dan penuh keyakinan untuk menang.
Hasil yang kurang baik terjadi pada perhelatan East Ventures Indonesia Open 2022 dan Daihatsu Yonex Japan Open 2022. Hal tersebut dikarenakan Indonesia tidak mampu menempatkan wakilnya di babak final. Hal tersebut merupakan sebuah “kemunduran” pada bulutangkis Indonesia yang pada tahun-tahun sebelumnya sering sekali menempatkan wakilnya di babak final pada perhelatan yang diadakan oleh BWF.
Oleh karena itu, pentingnya melakukan evaluasi kepada atlet serta penggantian pelatih jika perkembangan pada saat proses latihan dan dalam perlombaan dalam keadaan stagnan. Perhatian dari Ketua PBSI perlu diberikan kepada bulutangkis Indonesia saat ini. Hal tersebut dikarenakan capaian prestasi pada beberapa sektor mengalami capaian prestasi yang kurang.
