Edisi.id-Dinas Pendidikan Kota Depok angkat bicara terkaiat polemik yang terjadi di SDN Pondokcina 01, Beji.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok, Wijayanto mengungkapkan, bahwa pihaknya telah melakukan sosialisasi terkait kebijakan relokasi SDN Pocin 01 yang akan dibangun masjid oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah sudah mensosialisasikan rencana relokasi SDN Pondok Cina 1 ke SDN Pondokcina 3 dan 5 kepada orang tua murid/komite sekolah/LPM/Tokoh masyarakat dan aparat setempat,” ujar Wijay kepada wartawan, Jumat (11/11).
Ia menambahkan, relokasi sekolah dilakukan karena adanya rencana pembangunan masjid jami di lokasi SDN Pondokcina 01. Selain itu, relokasi juga didasari pertimbangan keamananan dan keselamatan siswa karena lokasi sekolah tersebut berada dipinggir Jalan Raya Margonda.
“Masjid di Jalan Margonda nantinya sebagai sarana ibadah yang dibutuhkan warga, terutama para pengguna jalan dan pembangunannya dilakukan oleh Provinsi Jawa Barat pada awal tahun 2023,” paparnya.
Untuk kelanjutan proses belajar siswa, lanjutnya, Kepala Sekolah telah mengeluarkan surat pemberitahuan kepada orang tua siswa per tanggal 3 November 2022 yang berbunyi tanggal 7 – 11 November 2022 dilakukan BDR (Belajar dari Rumah), tanggal 14 Nopember 2022 dan seterusnya proses KBM dilakukan di lokasi SDN Pondokcina 3 dan 5.
Selama proses BDR, kata dia, dilakukan pemindahan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk proses belajar (kursi, meja dll) ke lokasi SDN Pondok Cina 5.
“Selanjutnya akan dilakukan merger (penggabungan) sekolah yang ada di Kelurahan Pondokcina menyesuaikan jumlah siswa dan sarana ruang belajar yang ada pada tahun ajaran baru (Juni 2023),” jelasnya.
Sementara itu Plt Kepala SDN Pondokcina 01, Sri Widiyati menambahkan, pihaknya sudah mengambil langkah-langkah untuk melakukan sosialisasi terkait relokasi.
Ia juga mengatakan, dari total siswa 362 orang, yang kemarin masih memaksakan masuk sekolah hanya sekitar 20 orang dan sisanya mematuhi surat edaran untuk BDR.
“Itu pun (20 orang,red) sepertinya ada yang sengaja menggerakan. Kami juga menduga sepertinya ada yang mengatur untuk memojokan pihak sekolah. Mayoritas orang tua malah enggak mau ikut-ikutan, yang penting anaknya bisa sekolah,” pungkasnya.