Maulid di Masjid Nurul Falah, Tokoh Sebut Hadirkan Refleksi Ketauladanan Rosulullah

  • Bagikan
Haikal/Kokoy Baju Coklat bersama warga dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad 144H di Masjid Nurul Falah Kelurahan Depok.(Foto : Edisi.id)

Depok | edisi.id – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H yang digelar di Masjid Nurul Falah menghadirkan refleksi mendalam tentang pentingnya meneladani akhlak Rasulullah di tengah kehidupan masyarakat modern. Dalam acara yang dihadiri ratusan jamaah tersebut, tokoh masyarakat Haikal/Kokoy menekankan bahwa esensi Maulid bukan sekadar ritual tahunan, melainkan momentum perbaikan diri dan sosial.

Haikal menegaskan, bahwa krisis moral yang kian menggerus sendi-sendi kehidupan masyarakat dewasa ini menuntut umat Islam untuk kembali kepada teladan Nabi. Rasulullah dikenal bukan hanya sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga figur sosial yang mengedepankan kejujuran, kepedulian, keadilan, dan kasih sayang dalam interaksi sehari-hari.

“Akhlak Rasulullah adalah pedoman hidup, bukan sekadar kisah sejarah. Jika nilai-nilai ini diamalkan, masyarakat akan terhindar dari praktik-praktik yang mencederai persaudaraan dan merusak keadilan”, ucap Tokoh Pemuda Kelurahan Depok tersebut , Sabtu 13/9/2025 malam.

Pesan ini terasa relevan jika dikaitkan dengan realitas sosial-politik di tingkat lokal. Kota-kota besar, termasuk Depok, sedang menghadapi problematika serius : kesenjangan sosial, lemahnya etika publik, hingga menurunnya kepercayaan warga terhadap institusi politik maupun birokrasi. Dalam konteks ini, ajakan meneladani akhlak Rasulullah dapat dibaca sebagai kritik halus terhadap kondisi masyarakat yang kerap terjebak pada praktik pragmatisme dan perilaku transaksional.

Peringatan Maulid di Masjid Nurul Falah tidak hanya diisi dengan pembacaan shalawat dan tausiyah, tetapi juga menjadi ruang kontemplasi kolektif. Para jamaah diajak untuk menjadikan peringatan ini sebagai pengingat bahwa spiritualitas Islam harus ditransformasikan ke dalam tindakan sosial yang nyata. Bukan hanya sekadar memperbanyak ritual, melainkan menghadirkan nilai-nilai etik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara.

Dengan demikian, perayaan Maulid ini menegaskan kembali pesan universal Islam : bahwa kualitas keberagamaan seseorang tidak diukur dari banyaknya seremoni yang diikuti, melainkan dari sejauh mana ia mampu menjelmakan nilai-nilai profetik seperti keadilan, kesantunan, dan solidaritas sosial ke dalam praksis sehari-hari.(Arifin)

  • Bagikan