Membangun Literasi dari Ruang Sepetak

  • Bagikan

Edisi.id – Akhir tahun 2018, saya memutuskan untuk membangun sebuah ruang literasi masyarakat di Kedaung, Depok. Bukan proyek besar. Bukan juga program pemerintah. Hanya mimpi kecil seorang warga biasa yang ingin anak-anak muda punya tempat tongkrongan yang lebih bermakna—daripada kebut-kebutan di jalan atau terjerat narkoba.

Dimulai dari Ruang Sepetak, Tabungan, dan Tekad

Tanpa rencana muluk, saya berdiskusi dengan teman. Kami sepakat membangun sebuah taman baca. Saat itu saya bekerja sekaligus kuliah, dengan waktu yang terbatas. Tapi dorongan untuk berbuat sesuatu terasa makin kuat. Saya berpikir, kalaupun hidup ini tak panjang, saya ingin meninggalkan sesuatu yang nyata—sebuah ruang baca gratis yang bisa dinikmati siapa saja.

Jaringan Literasi: Dari Tangsel ke Depok

Tak lama kemudian, saya bertemu sahabat lama, Dede Sunandi—aktivis lingkungan dan pendiri Rumah Baca Alam, sebuah perpustakaan yang juga berfungsi sebagai ruang diskusi. Dari perbincangan kami, tercetus ide menjadikan Taman Baca Kedaung sebagai bagian dari jaringan Rumah Baca Alam yang sudah lebih dulu tumbuh di Tangerang Selatan.

Desun—begitu saya memanggilnya—bahkan mendonasikan 50% dari koleksi buku awal kami. Itu menjadi titik mula yang indah, disusul dengan aliran kebaikan lainnya dari teman-teman di berbagai kota.

Kebaikan yang Mengalir, Buku yang Berdatangan

Kebaikan itu menular. Yusuf Rendi dan Mugi Maulana, pengelola Taman Baca Perigi Kedaung, juga menyumbangkan sebagian koleksi bukunya. Mereka menghubungi saya langsung, “Dan, gue donasi buku ya.” Rasanya seperti mendapat hadiah tak terduga. Hidup memang penuh kejutan—dan banyak di antaranya datang dari ketulusan.

Depok Ikut Bergerak

Dukungan tak hanya datang dari individu. Pemerintah Kota Depok juga ikut memberikan fasilitas untuk pengembangan Taman Baca Kedaung. Saat ini, operasional kami memang belum maksimal—baru sekitar 80%. Tapi semangatnya sudah menyala.

Diskusi remaja, peminjaman buku, nonton bareng anak-anak SMP, hingga sesi belajar bersama—semuanya mulai berjalan dengan semangat gotong royong.

Menanam Kebaikan, Sekecil Apa Pun

Sebagai pendiri dan pengelola, saya masih membiayai operasional dengan dana pribadi. Tapi saya percaya, dari ruang kecil ini, harapan bisa tumbuh. Harapan akan generasi yang melek literasi—yang lebih suka membaca daripada membenci, lebih suka berdiskusi daripada membuli.

Taman Baca Kedaung bukan sekadar bangunan. Ia adalah perwujudan dari keyakinan bahwa kebaikan akan selalu menemukan jalannya—asal kita mau memulainya, sekecil apa pun.

Semoga Taman Baca Kedaung terus hidup, tumbuh, dan bermanfaat bagi warga Kedaung dan sekitarnya. Jika kamu punya buku lebih, tenaga, ide, atau bahkan hanya semangat—pintu kami selalu terbuka.

Karena membangun literasi adalah membangun masa depan. Dan itu bisa dimulai dari halaman depan rumah kita sendiri.

Salam literasi,
Baldan Fattulah
Founder Taman Baca Kedaung

  • Bagikan