Bulan penghulu bulan adalah bulan Ramadhan. Istilah lainnya adalah sayyid al-syuhur. Argumentasi untuk ini bertebaran dalam nash, baik al Quran maupun al-Hadits.
Pertama, disebutkan bahwa pada bulan Ramadhan, Allah menurunkan al Quran, “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil.” (QS. al-Baqarah/2: 185).
Menurut pengarang kitab Tafsir Jalalain, ayat ini memberi informasi bahwa al Quran diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia pada Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Lauhul Mahfudz adalah buku yang berisi catatan Allah tentang peristiwa yang ada di alam semesta.
Setelah al Quran diturunkan kepada Nabi secara berangsur-angsur sesuai konteks waktu dan peristiwa selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari, Allah juga berjanji memeliharanya. Inilah janji Allah, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al Qur an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr/15: 9).
Kedua, disebutkan bahwa pada bulan Ramadhan Allah memberi hadiah satu malam yang lebih baik dari seribu bulan atau Lailatul Qadar.
Allah mempertegas, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Quran) pada Lailatul Qadar” (QS. al-Baqarah/2: 1). Secara retoris kemudian Allah bertanya, “Tahukah kamu, apakah Lailatul Qadar itu” (QS. al-Qadar/97: 2). Namun Allah juga yang menjawab, “Lailatul Qadar itu (adalah malam yang) lebih baik dari seribu bulan.” (QS. al- Qadar/97: 3).
Lailatul Qadar adalah klimaks bulan Ramadhan yang dinanti oleh orang-orang beriman. Karena itu, Lalilatul Qadar jadi primadona Ramadhan. Menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, Lailatul Qadar terjadi pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Tepatnya tanggal 21, 23, 25, dan 27.
Ketiga, disebutkan pada bulan Ramadhan bahwa semua amal akan dibalas berlipat ganda.
Nabi bersabda, “Siapa saja yang pada bulan itu (Ramadhan) mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan, siapa saja yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya.” (HR. Bukhari).
Oleh karena itu, terungkap dalam satu hadits, “Nabi bila memasuki 10 akhir (dari bulan Ramadan, beliau mengencangkan sarung beliau, menghidupkan malamnya dengan beribadah dan membangunkan keluarga beliau.” (HR. Bukhari).
Di sisa Ramadhan ini, mari kita kembali konsentrasi beribadah. Semoga tahun ini tercatat sebagai Ramadhan terbaik yang kita persembahkan untuk Allah.
Penulis: DR KH Syamsul Yakin MA., Pendiri Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.