Olahraga Nasional & Daerah 3T

  • Bagikan

Desain Besar Olahraga Nasional Bagi Daerah 3T, Khusus Wilayah Provinsi Papua Barat

Oleh: Annisa Tri Wahyuni (Prodi Pendidikan Jasmani FKIP UNIMUDA SORONG)

Dalam rangka implementasi Perpres No. 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora menyelenggara Rapat Koordinasi Implementasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang melibatkan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi seluruh Indonesia, KORMI seluruh Indonesia, Ikatan Guru Olahraga Nasional, akademisi, dan para pemangku kepentingan olahraga lainnya. Desain besar olahraga nasional merupakan suatu dokumen rencana induk yang berisikan arah kebijakan pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional yang akan dilakukan secara efektif, efisien, unggul, terukur, sistematis, akuntabel, dan berkelanjutan dalam lingkup olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga prestasi, dan industri olahraga. Maka dari itu melalui desain besar olaraga nasional bangsa Indonesia akan mampu bersaing baik di Asia maupun Dunia pada bidang olahraga. Dalam rangka menyelenggarakan (DBON), di tingkat pusat dibentuk Tim Koordinasi Pusat. Tim ini bertugas dalam melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi penyelenggaraan (DBON) mengoordinasikan perencanaan, supervisi, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan (DBON) dan mengoordinasikan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan (DBON).

Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikdub) Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP, mengatakan Papua barat termasuk salah satu Daerah yang tergolong dalam 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Maka saat ini adalah untuk melihat Pendidikan di bumi Papua papua barat ini dengan mata kepala sendiri. “Dengan secara langsung kondisi pendidikan di Papua Barat yang nanti kemudian akan di jadikan data empiris untuk melakukan program dasar afirmasi di wilayah Papua Barat.

Selain itu juga pemerintah pusat juga sudah memiliki sejumlah program besar untuk daerah 3T, seperti Guru Garis Depan (GGD), pembangunan gedung, sarana prasarana penunjang, tenaga kependidikan olahraga yang dapat menunjang ketertinggalannya papua barat dalam berprestasi di semua cabang olahraga. Program yang akan kita sesuaikan dengan tingkat kebutuhan pembelajaran yang paling diprioritaskan seperti di Papua Barat ini, akan di jalankan secara bertahap kami akan penuhi semua sudah di yang di siapkan Pemerintah. Selain ditambahkan oleh Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan mengatakan dengan komitmen baik tingkat Nasional Provinsi dan Kota/Kabupaten kita semua punya komitmen untuk memajukan pendidikan dan prestasi dalam bidang cabang olahraga di Papua Barat yang di sebutkan termasuk daerah 3T. Dengan demikian berbagai persoalan yang dihadapi pendidikan saat ini baik kekurangan tenaga guru serta sarana dan prasarana dalam bidang prestasi olahraga yang akan melengkapi  ini, akan menjadi tangung jawab pemerintah dan juga masyarakat dan komponen lainnya. kita semua memeliki rasa taggung jawab bersama soal pembelajaran pada anak-anak dan generasi masa depan yang harus kami terdepankan dan dapat terkeluarkan melalui prestasi agar tidak terjadinya ketertinggalan tertinggalan. Olahraga patut ditempatkan sebagai menu utama, bukan sekadar menjadi pelengkap. Karena tubuh dan jiwa yang sehat penting untuk membentuk sumber daya manusia yang berkarakter, tangguh dan punya kemampuan untuk bersaing.

Berikut kita dapat melihat visi misi serta tujuan dari desai besar olahraga nasional:

DBON memiliki tujuan untuk meningkatkan budaya olahraga di masyarakat, meningkatkan kapasitas, sinergitas, dan produktivitas olahraga prestasi nasional dan memajukan perekonomian nasional berbasis olahraga.

Adapun fungsi DBON adalah untuk memberikan pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah (pemda) baik provinsi maupun kabupaten/kota, organisasi olahraga, induk organisasi cabang olahraga, dunia usaha dan industri, akademisi, media, dan masyarakat dalam penyelenggaraan keolahragaan nasional sehingga pembangunan keolahragaan nasional dapat berjalan secara efektif, efisien, unggul, terukur, akuntabel, sistematis, dan berkelanjutan.

Sasaran
Acuan pencapaian tujuan DBON dalam periode tahun 2021-2045 adalah sebagai berikut:

  1. Terwujudnya partisipasi aktif masyarakat berolahraga berusia sepuluh tahun ke atas, dapat diukur dari persentase masyarakat yang berpartisipasi aktif berolahraga sebanyak tiga kali seminggu dengan durasi waktu minimal 60 menit per aktivitas. Pada tahun 2045 sebanyak 70 persen masyarakat berpartisipasi aktif berolahraga, sehingga diharapkan 60 persen memiliki tingkat kebugaran jasmani baik;
  2. Terwujudnya partisipasi siswa dan mahasiswa yang aktif berolahraga berusia tujuh tahun ke atas, dapat diukur dari persentase pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebanyak tiga kali seminggu dengan durasi waktu minimal 60 menit per pertemuan. Pada tahun 2045 sebanyak 70 persen siswa dan mahasiswa berpartisipasi aktif berolahraga, sehingga diharapkan 30 persen memiliki tingkat kebugaran jasmani baik.
  3. Terwujudnya prestasi olahraga dunia melalui program pembinaan atlet jangka panjang secara sistematis, berjenjang, dan berkelanjutan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang didukung oleh tenaga keolahragaan yang berkualitas, prasarana dan sarana, dan big datakeolahragaan mulai dari tahun 2021 sampai dengan 2045 dalam rangka mencapai target meraih peringkat ke-5 pada Olimpiade atau Olympic Gamesdan Paralimpiade atau Paralympic Games tahun 2044;
  4. Terwujudnya perkembangan industri olahraga meliputi industri barang, industri jasa, dan industri pariwisata yang berkualitas, jumlah cabang olahraga yang dibina oleh badan usaha, jumlah kuantitas dan kualitas event, dan destinasi wisata olahraga sebagai konsekuensi logis dari meningkatnya partisipasi masyarakat berolahraga, sehingga industri olahraga mampu berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi dan berperan aktif mendukung pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi nasional; dan
  5. Terwujudnya tata kelola pembinaan dan pengembangan olahraga nasional yang modern, sistematis, sinergi, akuntabel, berjenjang, dan berkelanjutan mulai dari tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, hingga ke tingkat nasional, dengan didukung ketersediaan data yang terintegrasi dalam satu sistem informasi keolahragaan nasional yang profesional. Fokus pembinaan dan pengembangan olahraga pada cabang olahraga unggulan Olimpiade dan Paralimpiade serta cabang olahraga yang digemari masyarakat.

Prinsip-Prinsip Peningkatan Hasil Latihan

Dalam menjalankan misi dan mewujudkan tujuan, DBON menggunakan prinsip EMAS atau ExcellenceMeasurableAccountable, dan Systematic and Suistainable. Excellence atau unggul, artinya seluruh program dan kegiatan yang dilaksanakan harus dilakukan dengan upaya yang terbaik untuk menghasilkan mutu setinggi-tingginya. Measurable atau terukur, artinya pelaksanaan DBON yang dirancang harus dilakukan secara terukur dan jelas target, sasaran, serta waktu pencapaiannya. Sedangkan, accountable atau dapat dipertanggungjawabkan artinya DBON harus dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi kewenangannya serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian, systematic and suistainable atau sistematis dan berkelanjutan artinya program dan kegiatan yang harus dilaksanakan secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan pada semua tingkatan pelaksanaan. Melihat prinsip dari DBON diatas maka kita dapat melihat prinsip-prinsip dalam meningkatkan latihan dalam olahraga terutama dalam menghasilkan atlet yang berprestasi kedepannya. Berikut prinsip-prinsip latihan yang dikemukakan oleh bompa :

Berdasarkan nilai yang terkandung dalam olahraga nasional tersebut, maka sudah selayaknya olahraga ditempatkan pada posisi prioritas, karena nilai-nilai tersebut memang sangat diperlukan oleh suatu bangsa yang ingin maju. Olahraga juga merupakan bagian dari budaya yang bersifat internasional. Keragaman sosial budaya dan kondisi geografis yang spesifik juga menyebabkan keanekaragaman olahraga. Dengan demikian, pembangunan olahraga sesungguhnya tidak cukup hanya diidentifikasi ukuran prestasi yang di identikkan dengan perolehan medali khususnya emas atau peringkat yang dicapai dalam pelaksanaan event olahraga seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) atau pekan-pekan olahraga yang diselenggarakan secara internasional seperti SEA Games, Asian Games, atau Olympic Games. Olahraga sebagai instrumen pembangunan hendaknya diposisikan dan diberdayakan dapat diarti luaskan untuk tidak saja pencapaian prestasi demi harkat dan martabat bangsa, tetapi dalam menggapai tujuan nasional antara lain kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Peningkatan prestasi dalam bidang olahraga sangat perlu selain membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai juga diperlukan pembinaan prestasi terutama sejak usia dini. Melihat desain besar olahraga nasional maka, perlu adanya peningkatan perhatian para pembina olahraga, kalangan pers dan mereka yang berkecimpung didalam dunia akademik terhadap masalah dalam pembinaan olahraga. Oleh sebab itu peningkatan prestasi bidang olahraga menjadi bagian dari pembinaan di banyak negara, termasuk negara kita Indonesia.

Upaya peningkatan kualitas manusia sebagai suatu bangsa dalam aspek kehidupan sangat perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh, sehingga memungkinkan untuk memberikan sumbangan nyata dalam pembangunan olahrga nasional. Pengertian kualitas manusia adalah meliputi beberapa aspek jasmani dan aspek rohani dalam bentuk serta jenis upaya yang melekat pada satu sama lain. Peningkatan kemajuan dalam bidang olahraga harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia. Dalam hal ini melalui upaya dan pembinaan serta pengembangan olahraga, olahraga mempunyai peranan dalam pembangunan nasional perlu dibina dan dikembangkan. Melalui pusat-pusat pelatihan atau klub-klub hendaknya peningkatan kesehatan rohani, watak, disiplin, sportifitas, serta pengembangan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional untuk memasyarakatkan olahraga, serta upaya untuk mendorong masyarakat agar dapat berpatisipasi aktif dalam kegiatan olahraga.

Proses pembinaan cabang olahraga tersebut harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan guna memperbaiki kondisi dalam pencapaian prestasi olahraga di Papua Barat yang secara umum menunjukkan inkonsistensi. Ini dapat dilihat dari prestasi para atlet Papua Barat pada multieven level Asia Tenggara (SEA Games), Asia (Asian Games). Salah satu yang menjadi respons fisiologi yang dapat membantu meningkatkan prestasi olahraga adalah dengan menghitung denyut nadi, yang berguna untuk mendapatkan “training zone” selama kita melakukan berolahraga. Banyak pertanyaan yang muncul, mengapa sudah cukup berlatih, tetapi prestasi belum juga meningkat, sehingga kadang-kadang menimbulkan rasa bosan atau putus asa? Pikiran-pikiran seperti ini banyak datang dari para atlet maupun para pelatih dan pembinanya. Sehubungan dengan hal tersebut pembinaan dan pengembangan olahraga perlu terus ditingkatkan secara terarah, sistematis, dan berkesinambungan agar selaras dengan tujuan pembangunan nasional khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat (Mutohir, 2007: 31).

Keberhasilan pembangunan olahraga di Papua Barat tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas dari sumber daya manusia, baik sebagai obyek maupun sebagai subyek. “pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian upaya peningkatan kualitas manusia Papua Barat yang di arahkan pada peningkatan kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat, serta ditujukan untuk pembentukan watak dan kepribadian atlet, disiplin dan sportifitas yang tingi serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional”. Demikian pula dalam rangka mengantisipasi Era Kebangkitan nasional dimana pembangunan sumber daya manusia Papua Barat akan lebih diarahkan dalam upaya peningkatan kualitasnya untuk mewujudkan manusia Papua Barat seutuhnya, maka orientasi pembangunan nasional di bidang olahraga harus ditujukan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Atas dasar teori perhitungan “Golden Age”prestasi puncak atlet dalam berbagai cabang olahraga, antara umur 18-24 tahun. Oleh karena pembinaan atlet untuk mencapai prestasi puncak membutuhkan waktu kurang lebih 8-10 tahun, maka orientasi pembinaan olahraga harus dimulai pada anak-anak yang berusia sekitar 4-14 tahun.

 

 

 

 

 

 

 

  • Bagikan