Depok | Edisi.id — Berkolaborasi dengan Indonesia Ramah Lansia Jawa Barat, kehadiran ‘Sekolah Lansia Sayang Emak Rumah Budaya Bahagia’ Depok, Jalan Raya Keadilan, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, menandai babak baru dalam paradigma pendidikan nonformal bagi masyarakat lanjut usia.
Sebanyak 40 peserta mengikuti pertemuan ketiga dengan tema ‘Mengenali dan Mencegah Penyakit Pembuluh Darah, Jantung, dan Stroke’ sebagai bagian dari kurikulum berbasis kesehatan preventif dan penguatan kapasitas sosial.
“Program ini tidak hanya berorientasi pada peningkatan pengetahuan kesehatan, tetapi juga menjadi instrumen kebijakan publik yang mendorong transformasi sosial di tengah dinamika demografis perkotaan”, ucap Ria, Senin 27/10/2025 .
“Dalam konteks active ageing, Sekolah Lansia Sayang Emak Rumah Budaya Bahagia Depok berfungsi sebagai medium pembelajaran seumur hidup (Lifelong Learning) yang berupaya memperluas partisipasi lansia dalam ruang publik”, lanjutnya.
Selaku Dosen pembimbing Ria Rosalina menjelaskan, bahwa kegiatan belajar dilakukan dalam tiga jenjang bertahap yaitu : Standar 1 (S1), Standar 2 (S2), dan Standar 3 (S3) atau Duta Lansia. Setiap jenjang terdiri atas 12 kali pertemuan dengan muatan pembelajaran yang mengintegrasikan aspek medis, sosial, dan psikologis.
“Pada tahap S3, para peserta diharapkan mampu menjadi lansia mandiri, tangguh, dan inspiratif bagi lingkungannya”, terang Ria.
Lebih jauh Ria mengungkapkan, bahwa struktur berjenjang tersebut dirancang sebagai model edukasi progresif yang menginternalisasi kesadaran akan kesehatan diri dan tanggung jawab sosial. Pendekatan ini memadukan prinsip pendidikan partisipatif dan kesehatan masyarakat, sehingga setiap lansia tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga agen perubahan di komunitasnya.
“Kurikulum Sekolah Lansia Depok menitikberatkan pada pencegahan penyakit degeneratif, pemeliharaan gaya hidup sehat, serta penguatan resilience terhadap perubahan fisik dan sosial”, ungkap Ria.
“Proses pembelajaran dilakukan secara interaktif, mendorong peserta untuk berbagi pengalaman dan memperkuat solidaritas antarsesama lansia”, sambungnya.
Dalam kerangka akademik, Ria menjelaskan, bahwa program ini sangat relevan dengan teori ‘Lifelong Education’ dan kebijakan ‘Healthy Ageing’ yang diadvokasi oleh WHO, dan menempatkan lansia sebagai subjek pembangunan, bukan beban demografi.
“Pendidikan lansia menjadi arena strategis untuk mengembangkan kapasitas sosial, memperkuat jejaring komunitas, dan meneguhkan nilai-nilai kemanusiaan lintas generasi. Dengan demikian, Sekolah Lansia Depok bukan sekadar proyek sosial, melainkan manifestasi dari kebijakan pembangunan manusia berkelanjutan”, tandasnya.
Melalui konsep ‘S3 Lansia Berkualitas’, Ria menegaskan, bahwa Kota Depok sedang berupaya membangun ekosistem kota ramah lansia, dimana warga lanjut usia tidak hanya dihormati karena usianya, tetapi dihargai karena kontribusinya terhadap peradaban sosial yang inklusif dan berdaya.(Arifin)












